Neuralgia trigeminal merupakan salah satu jenis nyeri hebat area wajah yang kronis. Nyeri ini disebabkan adanya kelainan pada serabut saraf trigeminus, yakni saraf pada area wajah, yang meliputi area dahi, pipi, rahang atas, hingga rahang bawah, dan dapat dicetuskan dengan gerakan seperti mengunyah, menyikat gigi, menelan, berbicara, dan tersenyum. Terkadang pasien mengabaikan gejala neuralgia trigeminal, karena awalnya dianggap sebagai gejala sakit gigi, dan baru datang ke dokter karena gejala sudah memberat. Dengan penyebab yang beragam dan kompleks, seperti adanya tekanan/kompresi, gangguan vaskularisasi, pasca trauma, pasca herpes, proses penyembuhan neuralgia trigeminal pun sering tidak maksimal, membutuhkan aneka kombinasi obat dengan dosis yang cenderung bertambah terus dengan segala efek sampingnya, hingga akhirnya menimbulkan depresi pada pasien.

 

Selain pengobatan medikamentosa, saat ini terus dikembangkan sebagai manajemen neuralgia trigeminal. Prosedur radiofrequency ablation (RFA) atau bisa disebut rhizotomi adalah salah satu prosedur minimal invasif dengan menggunakan alat penghasil arus frekuensi tinggi yang menghasilkan panas dengan tujuan membuat lesi pada suatu jaringan, termasuk jaringan saraf. Terbentuknya lesi tersebut akan memacu terjadinya regenerasi saraf, yang memunculkan efek analgetic/antinyeri  terjadi secara bertahap dan menjadi maksimal pada tiga bulan paska tindakan.

 

Efektivitas RFA mencapai 3-10 tahun pasca tindakan, sekitar 76% subyek bebas nyeri tanpa terapi medikamentosa, 5% dengan dosis obat yang diturunkan, dan 15% subyek memerlukan obat dengan dosis tinggi atau operasi. Sebuah literatur menunjukkan bahwa suhu untuk RFA sangat bervariasi di antara penelitian (60°C hingga 95°C). Efek analgesik jangka panjang dari RFA pada temperatur tinggi (80°C) tidak lebih unggul daripada pada suhu yang relatif rendah (60-75°C).

 

Berangkat dari data tersebut, tim nyeri FK UNDIP yang beranggotakan dr. Trianggoro Budisulistyo, Sp.N, Subsp.NNNK(K), Dipl.of Pain-RA, Prof. dr. Amin Husni, PAK, Sp.N, Subsp.NGD(K), M.Sc, dan Prof. Dr. dr. Dwi Pudjonarko, Sp.N, Subsp.NNNK(K), M.Kes, mencoba meneliti  adakah perbedaan efektivitas terapi RFA derajat rendah yakni  60°, 65°, dan 70° terhadap intensitas nyeri pada pasien neuralgia trigeminal di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang dinilai pada pra-tindakan, minggu ke-2 pasca tindakan, tiga bulan dan enam bulan pasca tindakan.

Penelitian ini masih berlangsung selama tahun 2023 dan diharapkan dapat membuktikan hipotesis bahwa RFA derajat rendah memiliki efektivitas yang baik dalam manajemen neuralgia trigeminal.